Pengenalan Objek

 


Kemampuan mengenali jenis – jenis objek yang familiar merupakan suatu karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan tersebut merupakan kemampuan kognitif yang pada umumnya dilakukan secara cepat dan tanpa banyak usaha. Adanya pengenalan pola (pattern recognition) melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut.

1.Teori Perseptual

Para psikolog yang telah mempelajari persepsi mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori pertama, persepsi konstruktif (constructive perception) menyatakan bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensansi dengan memori. Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan pola pada stimulus asli tetap dapat dikenali karena adanya interfensi bawah – sadar (unconscious interference), yakni sebuah proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk menyusun interpretasi. Sedangkan teori kedua, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Kedua teori tersebut sama – sama menjelaskan persepsi namun berfokus pada tahap – tahap proses yang berbeda.

2.Pengenalan pola visual

Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik. Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapat inhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.

3.Teori Gestalt

Organisasi pola (pattern organization) bagi psikolog Gestalt melibatkan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923) diorganisasikan secara natural. Hukum – hukum Gestalt meliputi :

a.Hukum keterdekatan (law of promiximity)

b.Hukum kesamaan (law of similarity)

c.Hukum penutupan (law of closure)

d.Hukum simetri (law of symetry)

e.Hukum kontinuitas (law of continuity)

f.Hukum nasib bersama (law of common fate)

Asumsi yang dikemukakan oleh Kohler, awalnya, bahwa pengorganisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri. Namun demikian, teori ini mengalami kontroversi yang masih terus berlanjut Studi terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif telah memperluas bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa psikolog kognitif modern berkonsentrasi pada struktur – struktur dan proses – proses internal yang berhubungan dengan pengenalan pola yang rumit, alih – alih menekankan pada karakteristik dari stimuli sederhana.

4.Pemrosesan Bottom – Up Vs Pemrosesan Top – Down

Terdapat dua pola dalam mengenali suatu pola. Teori pertama, pemrosesan bottom – up (bottom – up processing) yakni teori yang mengatakan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian – bagian spesifik suatu pola sebagai landasannya. Teori kedua, pemrosesan top – down (top – down processing)mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh hipotesis mengenai suatu pola yang diikuti oleh pengenalan bagian pola tersebut.Pemrosesan top – down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan. Para peneliti menguji pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan berdasarkan bagian – bagian secara fitural dan konfigurasional.

5.Pencocokan template

Sebuah teori mula – mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template (template maching). Teori pencocokan template sebagai teori pengenalan pola, memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dari teori ini yakni dalam mengenali suatu pola otak melakukan pembandingan stimuli visual dengan sesuatu yang berbentu internal yang tersimpan dalam memori. Kelemahannya, suatu interpretasi dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan.

6.Analisis fitur

Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut analisis fitur (feature analysis). Teori ini mengatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur – fitur yang lebih sederhana.Dua aliran utama penelitian – neurologis dan behavioral – telah mendukung hipotesis analisis – fitural.

7.Pencocokan prototype

Teori ini mengasumsikan bahwa membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur – fitur berbagai ragam pola yang harus diidentifikasi, kita akan menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori. Sebagai sebuah teori pengenalan pola, pencocokan template memiliki kegunaan dalam program – program komputer, namun dalam bentuknya yang kaku, pencocokan template tidak dapat menjelaskan pengenalan objek manusia yang sangat beragam, akurat dan ekonomis

Teri perceptual

Pengenalan pola visualTeori gestaltPemrosesan bottom up dan up downPencocokan template analisis fitur dan prototypePengenalan pola pada pakarPengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha.

Teori-teori Perceptual

  1. Persepsi Konstruktif
  2. Persepsi langsung

Persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita ketahui.Persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi.

 

Pengertian Pola Visual

Masing-masing sudut pandang memiliki dasar kesamaan teori satu  sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organisasional. Seorang kontruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretative. Otak menggunakan heuristic dan algoritma untuk memproses sinyal-sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung menggunakan heuristic sehingga akan sering membuat kekeliruan.Jenis ilusi yang menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris.kontur ilusoris adalah persepsi terhadap bentuk namunbentuk itu hanya ada sistem perceptual-kognitif, bukan di stimuli. Dalam kontur ilusoris ini terdapat inhibisi lateral yakni tendensi dari elemen-elemen neural yang saling berdekatan dalam retina/untuk merintangi sel-sel disampingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur.Objek merupakan satu kata yang sudah kita dengar mulai dari seluruh indera kita berfungsi. Setiap indera pada tubuh kita memiliki masing-masing objek. Dari sini terlihat bagaimana seorang manusia memiliki keampuan yang luar biasa dalam pengenalan objek. Sebagai contoh, seorang anak akan segera mengenali ibunya bahkan dalam pusat keramaian sekalipun. Pertanyaannya, apakah dengan indera tersebut kita langsung bisa mengenali sedemikian banyak objek stimulus disekitar kita?

Proses dalam pengenalan objek dimulai dari pengenalan pola (pattern recognition) yang melibatkan interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif. Seberapapun rumitnya pengenalan objek tersebut, hanya dibutuhkan kurang dari sedetik dalam menyelesaikannya. Sebuah teori, persepsi konstruktif (constructive perception) menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Dalam teori ini tersusun atas anggapan bahwa persepsi disini dihasilkan dari kombinasi informasi yang diterima indera kita dengan pengetahuan yang telah diperoleh dari pengalaman kita. Teori yang lain, persepsi langsung (direct perception) menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Dengan kata lain teori ini menyebutkan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi, karena informasi yang terdapat dalam lingkungan dirasa sudah cukup untuk interpretasi.

Pengenalan pola-pola visual diperoleh dari sejemlah perspektif teoritik, seperti tori Gestalt, pemrosesan bottom-up dan pemrosesan top-down, pencovokan template, analisis fitur, da pengenalan prototipe. Dalam hal ini para psikolog Gestalt megajukan gagasan bahwa persepsi pola-pola visual diorganisasikan sesuai prinsip keterdekatan (proximity), kesamaan (similarity), dan pengorganisasian spontan (spontaneous organization).Selanjutnya untuk teori pencocokan template, mereka mengajukan bahwa pengenalan objek terjadi ketika representasi internal stimuli tersebut sama persis dengan stimuli yang berada di sistem sensorik. Teori ini memiliki kelebihan tersendiri, yaitu kegunaan dalam konseptual dan partikal, namun sayangnya tidak dapat menjelaskan proses-proses kognitif yang rumit, misal kemampuan kita mengintepretasi bentuk-bentuk yang asing dengan tepat.

Selain teori-teori yang telah tersebut diatas, terdapat pula teori analisis fitur. Teori ini mgajukan gagasan bahwa pengenalan objek dapat terjadi jika hanya setelah stimuli dianalisis berdasarkan komponen-komponen dasarnya. Bahkan data-data yang diperoleh dari penelitian neurologis dan behavioral cenderung mendukung hipotesis ini. Selajutnya teori pembentukan prototipe, mereka mengajukan bahwa pengenalan terhadap objek terjadi sebagai hasil dari abstraksi terhadap stimuli, yang disimpan dalam memori yang berfungsi sebagai suatu bentuk ideal yang digunakan untuk mengevaluasi pola-pola yang diamati.  Terdapat dua jenis model dalam teori ini, yang pertama teori tandensi mental (central-tendency theory), yang meyebutkan bahwa sebuah prototipe mewakili rata-rata  suatu set ekstemplar. Kedua adalah teori frekuensi atribut (attribute-frequency theory), yang menyatakan bahwa suatu prototipe mewakili mode terakhir dari atribut-atribut yang paling sering di jumpai.

Kesimpulannya adalan bahwa pengenalan objek visual pada manusia melibatkan analisis visual terhadap stimuli sebagai input dan juga melibatkan penyimpanan memori jangka panjang.Kita dapat dengan mudah mengenali wajah teman-teman kita, interior rumah kits, dan rambu-rambu dijalan. Merupakan sebuah prinsip yang mengenali pola-pola yang familiar dengan cepat dan keakuratn tinggi. Kemampuan kita untuk mengenali jenis-jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Kemampuan tersebut membantu kita mengenali seorang sahabat ditengah kumpulan orang banyak, membantu kita mengenali citarasa makanan tertentu, dan lain-lain.

Pengenalan pola sehari-hari melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Persepsi konstruktif menyatakan bahwa manusia ”mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimulus dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya adalah persepsi langsung, menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.Cara kita mengorganisasi dan mengklasifikasi stimuli dipelajari oleh para pengsnut psikologi Gestalt selama awal abad ke-20. Organisasi pola melibatkan kerjasama seluruh dtimulus dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh seluruh sensasi. Adapun hukum-hukum Gestalt yang lain meliputi hukum keterdekatan (law of proximity), hukum kesamaan (law of similiarity), hukum penutupan (law of clossure), hukum simetri (law of symmetry), hukum kontinuitas (law of continuity), dan hukum nasib bersama (law of common fate). Menurut para psikolog gestalt, kita mencari simetri ketiks memahami suatu pola-pola.

Jika kita disuruh memikirkan suatu objek yang sering kita jumpai, misal sepeda motor, maka citra atau gambaran yang muncul dalam pikiran kita adalah gambaran berdasar perspektif kanonik. Perspektif kanonik sendiri merupakan sudut pandang terbaik untuk menginterpretasikan suatu objek atau suatu citra yang pertama kali muncul dipikiran kita. Representasi kanonik dibentuk melalui pengalaman dengan anggota-anggota sejenis dari suatu kategori disebut ekslemmpar.Pengenalan objek dapat diawali oleh pengenalan terhadap pola, yang kemudian diikuti kesimpulan terhadap bentuk keseluruhan (pemrosesan bottom-up), namun dapat pula diawali dengan dibentuknya hipotesis yang dibuat oleh pengamat, yang menyebabkan pengenalan terhadap keseluruhan pola dan diikuti pengenalan komponen-komponen pola (pemrosesan top-down). Studi-studi eksperimental menunjukkan bahwa persepsi terhadap objek sangat dipengaruhi oleh hipotesis yang disusun pengamat berdasarkan konteks stimuli.

Hubungan antara neurosains kognitif dan pengenalan objek terletak pada adanya hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Seperti yang kita tahum hemisfer kiri memiliki fungsi sebagai kendali motorik dan pusat bahasa, sedangkan keahlan spasial berpusat dihemisfer kanan. Dan diantara hemisfer kiri dan hemisfer kanan ada yang namanya korpus kolosum, apabila korpus kolosumnya dipotong yang akan terjadi adalah kedua hemisfer tidak akan bisa berkomunikasi satu sama lain, naamun hemisfer kiri kurang mampu menegenali perbedaan spesial dalam stimuli. Sehingga bisa disimpulkan bahwa hemisfer kiri lebih berperan dalam pengenalan pola, dan hemisfer kanan lebih berperan dalam analisi informasi special

 

 

 

 

 

 

Daftar pustaka

 

 

 

Gazzaniga, M., S, R. I., & Mangun, G. R. (2009). Cognitive Neuroscience: The Biological of The Mind. London: W.W. Norton & Company Ltd.


Solso,   R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mind Mapping Materi Psikologi Kognitif Dan Sejarah Psikologi Kognitif

Memori Jangka Panjang Dan Jangka Pendek

Yuk Kenalan Dengan Jurusan Psikologi